Kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal dengan istilah phlebotomy yang berarti proses pengambilan darah dari sirkulasi melalui
tusukan atau sayatan dapat melalui vena, arteri maupun kapiler dalam
rangka untuk mendapatkan sampel. Phlebotomist adalah seorang tenaga kesehatan medis yang telah mendapat
kompetensi dari pendidikan/pendidikan dan kewenangan dari pemegang otoritas
dibidang tersebut melalui pemberian izin yang diatur dalam peraturan perundang-undangan untuk melakukan pengambilan darah (sampling) dan menampung spesimen
darah dari pembuluh darah.
Sebelum melakukan pengambilan sampel darah, ada beberapa lokasi yang tidak diperbolehkan untuk pengambilan darah, karena dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu, yaitu :
a. Lengan pada sisi mastectomy
b. Daerah edema
c. Hematoma
d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
e. Daerah bekas luka
f. Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
g. Daerah intra-vena lines
Dalam praktek laboratorium klinik, ada beberapa macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit atau kapiler (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture.
Peralatan Pengambilan Darah
Alat Suntik (Syringe)
Alat suntik adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah tabung silinder (graduated barrel) berskala dalam milimeter (ml) atau cubic centimeters (cc), pendorong (plugger) dan jarum.
Jarum yang digunakan adalah jarum hipodermik dengan berbagai ukuran, mulai dari ukuran terbesar sampai dengan ukuran terkecil, yaitu 20G. 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil). Pengambilan dengan syringe masih banyak digunakan dalam praktek pelayanan kesehatan dan pelayanan laboratorium di Indonesia.
Jarum
Jarum yang digunakann untuk pengambilan sampel darah vena ada tiga macam, yaitu jarum hipodermik (hypodermic needles), jarum multisample (multisample needles) dan jarum bersayap/ jarum kupu-kupu (winged infusion/butterfly needles).
Ukuran jarum (gauge) adalah angka yang berhubungan dengan diameter lumen (ruang internal) atau "lubang" jarum. Meskipun darah biasanya mengalir lebih cepat melalui jarum berdiameter besar, ukuran jarum dipilih sesuai dengan ukuran dan kondisi venn pasien, jenis prosedur dan peralatan yang digunakan. Jarum yang tepat untuk pengumpulan spesimen darah yang paling sering digunakan untuk pengujian laboratorium adalah ukuran 20 sampai 23. namun jarum ukuran 21 dianggap standar untuk situasi yang paling rutin proses pengambilan darah orang dewasa. Jarum berukuran 24 atau 25 digunakan untuk pasien anak-anak.
Penting untuk pemilihan ukuran jarum yang sesuai dengan kondisi vena. Sebuah jarum yang terlalu besar dapat merusak pembuluh darah dan jarum yang terlalu kecil mungkin menimbulkan hemolisis (kerusakan eritrosit, menyebabkan pelepasan hemoglobin ke dalam sérum atau plasma) spesimen.
Tabung Vacutainer
Vacutainer adalah tabung reaksi hampa udara yang terbuat dari kaca atau plastik, apabila dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Tabung vacutainer yang berisi antikoagulan K3EDTA telah direkomendasi oleh NCCLS (National Committe for Clinical Laboratory Standard) untuk pemeriksaan hematologi, karena mempunyai stabilitas yang lebih baik dari EDTA lain dan mempunyai pH mendekati pH darah. Tabung ini pertama kali diciptakan oleh Joseph Kleiner pada tahun 1947, kemudian diproduksi secara masal oleh perusahaan Becton Dickinson. Warna tutup tabung vacutainer digunakan untuk membedakan jenis antikoagulan dan kegunaannya dalam pemeriksaan laboratorium :
1. Tabung tutup merah, tanpa penambahan antikoagulan, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test).
2. Tabung tutup kuning. berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Unumnya digunakan untuk pemeriksaan kinnia darah, iniumologi dan serologi.
3. Tabung tutup hijau terang, berisi gel separator (plasma separator tube/PST) SEMARANG dengan antikoagulan lithium heparin. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
4. Tabung tutup ungu atau lavender, berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch).5.
5. Tabung tutup biru, berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (misal PPT, APTT).
6. Tabung tutup hijau, berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
7. Tabung tutup biru gelap, berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
8. Tabung tutup abu-abu terang, berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
9. Tabung tutup hitam, berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
10. Tabung tutup pink, berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
11. Tabung tutup putih berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler PCR dan DNA.
12. Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas, berisi media biakan. digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi-aerob, anaerob dan jamur.
Tourniquet
Tali pembendung (fourniquet) adalah tali yang terbuat dari bahan latex/ karet atau vynil yang elastic dan digunakan sebagai pembendung aliran darah vena. Tourniquet ini dipasang di lengan sebelum dilakukan pengambilan sampel darah. Pemasangan tourniquet yang tepat memungkinkan aliran darah arteri ke daerah bawah tourniquet tetap berlangsung, tetapi menghalangi aliran darah vena di daerah tersebut. Hal ini menyebabkan pembuluh darah membesar sehingga lebih mempermudah untuk menemukan vena dan memusuknya dengan jarum.
Obstruksi aliran darah dapat mengubah komponen darah jika tourniquet dibiarkan di tempat selama lebih dari 1 menit. Pembebatan yang lama dapat menyebabkan perpindahan cairan dari pembuluh darah ke jaringan, dampaknya adalah hemokonsentrasi serta mengakibatkan hasil uji yang salah. Untuk itu tourniquet harus mudah dipasang, dikencangkan, dan mudah dilepaskan dengan RANG satu tangan selama prosedur pengambilan darah atau dalam situasi darurat seperti ketika pasien mulai pingsan atau jarum tanpa sengaja mengenai punggung lengan selama pengambilan darah.
Darah Vena
Darah vena adalah darah yang berasal dari pembuluh darah vena, membawa darah miskin akan oksigen menuju ke jantung. Vena berperan menghantarkan darah ke jantung. Vena bermula dari pembuluh darah kecil yang terbentuk dari penyatuan kapiler. Vena kecil-kecil ini bersatu menjadi vena lebih besar dan membentuk batang vena, yang makin mendekati jantung makin besar ukurannya. Vena letaknya bersebelahan dengan arteri yang mana dinding arteri lebih tebal daripada dinding vena. Vena jumlahnya lebih banyak daripada arteri dan ukurannya lebih besar. Dinding vena sama seperti arteri yang mempunyai tiga lapisan, yaitu :
1. Lapisan bagian dalam yang terdiri dari endothelium
2. Lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan serat elastis
3. Lapisan paling luar yang terdiri atas jaringan ikat ditambah dengan serat elastis.
Tetapi lapisan tengah vena berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis daripada arteri. Cabang terkecil dari vena dan arteri disebut kapiler. Pembuluh kapiler memiliki diameter yang sangat kecil dan hanya memiliki satu lapisan tunggal endothelium dan sebuah membran basal. Vena mempunyai katup yang disusun sedemikian rupa sehingga darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kembali ke arah sebaliknya.
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), sampel darah pada orang dewasa umumnya diambil dari vena median cubital pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Proses mencari vena dilakukan dengan palpasi pada daerah antecubital lengan dengan cara menekan pada kulit dengan ujung jari telunjuk. Selain menemukan vena, dengan meraba dapat membantu menetukan patensinya, ukuran dan kedalamannya serta alurnya. Telusuri alur untuk menentukan tempat tusukan.
Vena median cubital terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil. Sedangkan pada bayi biasanya venipuncture dilakukan pada pada vena jugularis superficialis atau sinus sagitalis superior.
Cara pengambilan darah vena
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Pada dasarnya pengambilan darah vena menggunakan vacutainer sama seperti pengambilan darah vena menggunakan spuit/syringe (jarum suntik biasa), yang membedakan adalah pada saat setelah menusukkan jarum dan kemudian melakukan penyedotan darah ke dalam vakum-vakum khusus yang sudah terisi oleh antikoagulan sesuai pemeriksaan dan mempunyai sistem urutan pengambilan darah pemeriksaan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
1.Pemasangan tumiket (tali pembendung) tidak boleh dalam waktu lama dan terlalu keras, karena dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan mulai hematoknit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protem total, AST, besi, kolesterol, lipid total).
2.Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.
3.Ketika melakukan pengambilan darah vena pada daerah antecubital perhatikan sudut kemiringan jarum berkisar 15-30°. Sudut kemiringan yang lebih besar dari 30° dapat menimbulkan resiko jarum masuk terlalu jauh dari titik penusukan sehingga kemungkinan melukai saraf.
Sudut Kemiringan Penusukan Venna Punchure (Sumber : Brady Thimesch. 2016) |
4.Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah
5.Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma
6.Tusukan jarum yang tidak tepat masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor yang dapat menyebabkan hematoma
7.Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
8.Mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis.
Langkah-langkah pengambilan darah vena menggunakan spuit/syringe:
1. Menyediakan semua alat yang diperlukan dan pastikan semua peralatan tetap dalam keadaan steril.
2. Membersihkan lokasi pengambilan sampel dengan alkohol 70% dan biarkan menjadi kering kembali.
3. Memilih vena dalam fossa cubiti, ikatan pembendung dipasang pada lengan atas dan pasien diminta untuk mengepal dan membuka tangan berkali-kali agar vena terlihat jelas.
4. Menusuk kulit dengan jarum dan semprit dalam tangan kanan sampai ujung jarum masuk ke dalam lumen vena.
5. Melepaskan pembendung dan perlahan-lahan tarik pengisap semprit sampai jumlah darah yang dibutuhkan.
6. Meletakkan kapas kering di atas jarum dan mencabut semprit.
7. Menekan bekas tusukan dengan kapas kering tersebut beberapa menit.
8. Memasukkan darah ke dalam tabung melalui dinding tabung
Sumber Gambar
-www.youtube.com/watch?v=0BSv4iN8T2E&ab_channel=GeekyMedics
Daftar Pustaka
-Kiswari Rukman. (2014) Hematologi & Transfusi.Jakarta : Erlangga.
-Charles, F. & Dennis J.E., 2003. Tubes and Additives for Venous Blood
Specimen Collection; Approved Standard—Fifth Edition. Clinical and
Laboratory Standards Institute. 23. 33. 27. ISBN 1-56238-519-4.
-Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laoratorium Hematologi. Alfamedia & Kanal
Medika. Yogyakarta
-Thimesch, B. (2016). Phlebotomy : A How-to Guide for Drawing Blood. Dalam
Introduction to Phlebotomy (hal. 1-2). USA: Allied Health Career Training.
-Nugraha, G. 2017. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar Edisi
Kesatu. Jakarta: Trans Info Media.
Kuis
Lokasi yang diperbolehkan untuk pengambilan darah?A.Lengan pada sisi mastectomy
B.Daerah edema
C.Hematoma
d.Albino
B.Daerah edema
C.Hematoma
d.Albino
Tulis jawabanmu di kolom komentar ya 😊
إرسال تعليق