Translate


Pernahkah melihat teman sekelasmu dahulu yang begitu anggun dengan jilbabnya saat masih satu sekolah? Namun setelah lulus dan berpisah, masing-masing telah sibuk dengan pekerjaannya. Ada kesedihan mendalam ketika melihatnya lagi setelah sekian lama, dia dalam keadaan telah menanggalkan jilbabnya, alasannya karena tuntutan pekerjaan. Fenomena seperti ini memang banyak terjadi, sedih memang dengan tantangan pekerjaan begitu sulit akibat persaingan dan lapangan kerja yang sedikit. Padahal tawaran kerja dengan gaji yang menggiurkan dan fasilitas yang mentereng itu sangatlah jarang. Tentunya hal ini akan membuat berpikir 2 kali untuk mengikuti tuntutan pekerjaan tersebut. Ditambah lagi jika adanya karena alasan tuntutan ekonomi, sehingga seorang wanita akhirnya harus bekerja di luar rumah.
Profesi kesehatan adalah salah satu yang paling sering mengalami keadaan seperti ini. Seperti Analis Kesehatan misalnya. Ketika dihadapkan pada Rumah Sakit yang membuat peraturan yang melarang karyawannya berjilbab. Sehingga ada beberapa sikap yang dilakukan mereka saat menghadapi hal ini :  ada yang menolak mentah-mentah dan lebih memilih tempat yang lain, ada yang memilih melepas jilbab ketika bekerja dan memakainya jika sudah keluar dari kantor, dan bahkan ada yang melepas sama sekali.
Hidup memang ini pilihan. Setiap hari manusia di suguhi dengan berbagai pilihan- pilihan dalam hidupnya. Namun dunia ini tidak sesempit pikiran kita. Masih banyak peluang disekitar kita untuk mendapatkan rejeki. Belajar dari para wanita shalihah terdahulu di zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, merekapun pernah dalam keadaan kekurangan, namun mereka tidak pernah terlepas iman. Dan hasilnya Allah memuliakan mereka, di dunia dan di akherat. 
Padahal kalau kita merenungi ayat Al-Quran berikut :
"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS al-Ankabut: 60).
Hewan liar saja masih diberi rezeki dan tidak dibiarkan terlantar, apalagi seorang manusia. Memang inilah ujian yang berat bagi manusia dalam menyikapi dunia dan godaannya.
Dari Ka'ab bin Iyadh radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambersabda,
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي المَالُ
"Setiap umat memiliki ujian. Dan ujian terbesar bagi umatku adalah harta." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan al-Albani).
Memahami hadis ini, mungkin sangat tragis kejadian di atas, terutama mereka yang menghadapi dilema antara dunia ataukah aturan agama. Bagi orang yang mudah 'merasa terpaksa', dia akan melegalkan segala cara, yang penting dapat dunia. Yang penting saya kenyang, bisa tidur nyenyak, urusan dosa, nanti taubatnya. Ya mudah-mudahan, Tuhan mengampuni. Inikan terpaksa. Seperti itulah kira-kira gambaran mereka yang tidak sabar dengan kerasnya ujian harta. Terlalu mudah menganggap semua keadaan dengan hukum 'terpaksa'. Tak terkecuali mereka yang tega menjual harga dirinya, demi karier dan profesi.
Jilbab Adalah Kehormatan Wanita
Allah mewajibkan wanita berjilbab, tujuan terbesarnya adalah untuk menjunjung tinggi kedudukan dan martabat wanita.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59)
Allah Dzat yang paling tahu karakter manusia. Allah tahu bagaimana kecenderungan lelaki fasik terhadap wanita. Mereka begitu bersemangat untuk mengganggu wanita yang mereka nilai kurang terhormat. Namun semangat itu akan hilang, ketika wanita yang ada di hadapan mereka mengenakan jilbab dan menjaga kehormatan. Dan itu wujud dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Karena itulah, Allah akhiri ayat ini dengan menyebutkan dua nama-Nya yang mulia: "Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (simak Tafsir As-Sa'di, hlm. 671).
Wanita Dinafkahi, bukan Mencari Nafkah
Setiap makhluk yang Allah ciptakan di alam raya ini memiliki kodrat tersendiri. Kodrat yang ada pada diri makhluk menjadi jati dirinya dalam menelusuri kehidupan. Itulah keadaan paling ideal yang ada pada diri setiap makhluk dalam meniti jalan hidupnya. Sebut saja kodrat itu ibarat SOP (stadard operating procedure) bagi setiap makhluk yang ingin meniti kehidupan yang nyaman di dunia.
Kodrat atau istilah lainnya 'fitrah', berbeda-beda antara satu jenis manusia dengan jenis manusia lainnya. Fitrah lelaki jelas berbeda dengan fitrah wanita. Karena itu, masing-masing mengemban tugas yang berbeda. Hal ini telah Allah tegaskan dalam Al-Quran, melalui firman-Nya,
وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى
"Laki-laki tidaklah sama dengan wanita …." (Q.S. Ali Imran:36)
Bagi Anda yang ingin hidup normal, jangan coba-coba melawan fitrah Anda. Dijamin, Anda akan mengalami kegelisahan dan perasaan tidak nyaman lainnya. Bagi Anda yang ditakdirkan menjadi seorang wanita, jalanilah kehidupan yang feminin, dan jangan sampai punya keinginan untuk mengubah diri, dengan berupaya menyerupai lelaki. Karena tidak ada pilihan lain bagi anda, selain menjadi wanita. Demikian juga sebaliknya, Anda yang ditakdirkan menjadi laki-laki, tunjukkan gaya hidup maskulin, dan Anda tidak memiliki pilihan lain selain menjadi laki-laki.
Salah satu diantara bagian gaya hidup lelaki yang Allah tetapkan dalam Al-Quran adalah memberi nafkah dan kecukupan bagi keluarga, dan bukan wanita. dan karenanya, Allah tetapkan lelaki menjadi pemimpin dalam keluarganya.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa: 34)
Allah tegaskan dalam ayat di atas, seorang suami bisa menjadi pemimpin bagi keluarganya karena dua hal: (1) karena kelebihan yang dia miliki, dan (2) karena nafkah yang dia berikan kepada istrinya. Dan benarlah apa yang Allah firmankan, banyak lelaki menjadi sangat tidak berwibawa di mata istrinya, karena dia tidak bisa memberi nafkah keluarga atau karena sang istri lebih mendominasi pemasukan bagi keluarga.
Dalam kondisi itu, akan sulit bagi pasangat suami istri ini untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang normal. Karena, sekali lagi, melawan kodrat dan fitrah manusia, akan mengancam kesejahteraan hidupnya.
Menjemput Rizki, tanpa Melanggar Larangan Syariat
Sesungguhnya rizki 100% datang dari Allah. Inilah konsep yang selayaknya kita tanamkan dalam diri kita, sebagaimana yang Allah tegaskan dalam Al-Quran,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
"Tidak ada satupun makhluk yang hidup di muka bumi ini, kecuali rezekinya ditanggung Allah…" (QS. Hud: 6).
Di ayat yang lain, Allah juga mengingatkan,
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ
"Janganlah kalian membunuh anak kalian karena kondisi miskin. Aku yang akan memberi rizki kalian dan memberi rizki mereka (anak kalian).." (QS. Al-An'am: 151).
Kita camkan dalam lubuk hati kita, rezeki itu datang dari Allah, sementara kerja yang kita lakukan, sejatinya hanyalah sebab untuk menjemput rezeki itu. Dan tentu saja, yang namanya sebab untuk mendapatkan rezeki itu, tidak hanya satu, namun beraneka ragam.
Kaitannya dengan hal ini, perlu kita sadari, tidak mungkin Allah simpan sebagian rezeki salah seorang hamba-Nya, sementara dia hanya bisa memperolehnya dengan cara melanggar larangannya. Karena jika demikian, berarti Allah telah mendzalimi hamba-Nya.
Dengan demikian, rezeki Allah pasti bisa diperoleh dengan cara yang halal, tanpa harus menerjang aturan syariat. Sejuta jalan halal yang bisa ditempuh untuk menjemput rizki.
Allahu a'lam

Sumber :
www.KonsultasiSyariah.com, ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina)
http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2013/02/21/23383/demi-pekerjaan-ini-aku-lepas-jilbabku/
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/02/03/membuka-jilbab-karena-pekerjaan-531102.html


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama