Translate

Pernah dengar berita tentang minuman kaleng yang dikencingi tikus dan menyebabkan kematian?
Berita tersebut memang terbukti hoax alias tidak benar. Karena jika kita mempelajari lebih dalam tentang si bakteri Leptospira, membutuhkan waktu inkubasi penyakit yang cukup lama. Tidak serta merta menyebabkan kematian. Pada beberapa kasus, gejala leptospirosis tidak muncul sama sekali. Namun, pada kebanyakan penderita, gejala penyakit ini muncul dalam 2 hari sampai 4 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira.
Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa.
Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase leptospiremia dan fase imun.
1. Fase leptospiremia: leptospira dapat dijumpai dalam darah. Gejala ditandai dengan nyeri kepala daerah frontal, nyeri otot betis, paha, pinggang terutama saat ditekan. Gejala ini diikuti hiperestesi kulit, demam tinggi, menggigil, mual, diare, bahkan penurunan kesadaran. Pada sakit berat dapat ditemui bradikardia dan ikterus (50%). Pada sebagian penderita dapat ditemui fotofobia, rash, urtikaria kulit, splenomegali, hepatomegali, dan limfadenopati. Gejala ini terjadi saat hari ke 4-7. Jika pasien ditangani secara baik, suhu tubuh akan kembali normal dan organ-organ yang terlibat akan membaik. Manifestasi klinik akan berkurang bersamaan dengan berhentinya proliferasi organisme di dalam darah. Fungsi organ-organ ini akan pulih 3-6 minggu setelah perawatan. Pada keadaan sakit lebih berat, demam turun setelah hari ke7 diikuti fase bebas demam 1-3 hari, lalu demam kembali. Keadaan ini disebut sebagai fase kedua atau fase imun. 
2. Fase imun: berlangsung 4-30 hari, ditandai dengan peningkatan titer antibodi, demam hingga 40°C disertai mengigil dan kelemahan umum. Pada leher, perut, dan otot kaki dijumpai rasa nyeri. Perdarahan paling jelas saat fase ikterik dimana dapat ditemukan purpura, petekie, epistaksis, dan perdarahan gusi. Conjuntival injection dan conjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda patognomonik untuk leptospirosis. Meningitis, gangguan hati dan ginjal akan mencapai puncaknya pada fase ini. Pada fase ini juga terjadi leptospiuria yang dapat berlangsung 1 minggu sampai 1 bulan. 
Gejala dini Leptospirosis umumnya adalah demam, sakit kepala parah, nyeri otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu.
Ada penderita Leptospirosis yang lebih lanjut mendapat penyakit parah, termasuk penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir. Pembengkakan selaput otak atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru pun dapat terjadi. Kebanyakan penderita yang sakit parah memerlukan rawat inap. Leptospirosis yang parah dan telah menginfeksi serta terjadi kegagalan organ-organ penting seperti otak, ginjal, dll bisa menyebabkan kematian.
Tapi untuk kehati-hatian, memang sebaiknya jika mengkonsumsi apapun dibersihkan terlebih dahulu minimal dengan air bersih.

Referensi
.www.alodokter.com/leptospirosis
.www.ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/14148/13722
.Soedarma SP, Garna H, Hadinegoro SR, Satara IH. Leptospirosis. In: Soedarma SP, Garna H, Hadinegoro SR, Satara IH, editors. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd ed). Jakarta: Badan penerbit IDAI, 2008; p. 364-9.
.Chaparro S, Montoya JG. Borrelia & leptospirosis species. In: Wilson WR, Sande MA, penyunting. Current Diagnosis & Treatment in Infectious Diseases (1st ed). New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2001; p. 680-9
.Speelman P. Leptospirosis. Harrison’s Principles of Internal Medicine (17th ed). New York: Mc Graw Hill, 2008; p. 988-91.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama