Translate


Clostridium difficile bacteria inside the intestine (Used under creative commons license from Wellcome Images Online)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom           : Bacteria
Filum               : Actinobacteria
Class               : Actinomycetales
Ordo                : Corynebacterineae
Family             : Mycobacteriaceae
Genus             : Mycobacterium
Spesies            : Mycobacterium leprae
Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen) yaitu infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata. Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. M. leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat (basil). Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam besar dan bentuknya.
Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis.
            Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan.
            Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya. Kerusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.

Cara Penularan
            Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti. Jika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersih, maka bakteri akan menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita mungkin tertular karena erhubungan dekat dengan seorang yang terinfeksi. Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
             Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi. Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. 
Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi leh kuman ini. Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20-an dan 30-an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
Gejala
            Bakteri penyebab lepra berkembang biak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita.
           Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
.● Lepra tuberkuloid
ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah     putih yang datar.    Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak
saraf-sarafnya.
● Lepra lepromatosa
ditandai dengan munculnya benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut tubuh,   termasuk alis dan bulu mata
● Lepra perbatasan
merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran   kedua bentuk lepra Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra Tuberkuloid,  jika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.                  .    Selama perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata. Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kostikosteroid atau talidomid. 
           
            

Diagnosa
         Diagnosis ditegakkan 
melalui pewarnaan Ziehl-Neelsen dari apusan irisan kulit dan pemeriksaan histologis dari biopsi kulit.
Pengobatan
           
Pengobatan  dengan rifampisin, dapson, klofazimin dengan cepat membuat pasien menjadi tidak infeksius, tetapi tidak dapat mengubah kerusakan sel dan deformitas yag telah terjadi, yang harus di tatalaksana dengan pembedahan perbaikan ( remedial surgery ).
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.
    Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu.
Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin.
Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosa yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.
Pencegahan
            Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi. 
Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis dan sosial. Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular.
Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.
Cara Penularan
            Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti. Jika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersih, maka bakteri akan menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita mungkin tertular karena erhubungan dekat dengan seorang yang terinfeksi. Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
             Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi. Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. 
Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi leh kuman ini. Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20-an dan 30-an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
Gejala
            Bakteri penyebab lepra berkembang biak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita.
           Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
.● Lepra tuberkuloid
ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah     putih yang datar.    Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak
saraf-sarafnya.
● Lepra lepromatosa
ditandai dengan munculnya benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut tubuh,   termasuk alis dan bulu mata
● Lepra perbatasan
merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran   kedua bentuk lepra Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra Tuberkuloid,  jika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.                  .    Selama perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata. Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kostikosteroid atau talidomid. 
           
            

أحدث أقدم